Saturday, March 31, 2018

Cerita Seks Penis Pegawaiku Terasa Sangat Keras Sekali

royalqq66.pkr69.com

Aku punya seorang tetangga yang tinggal di seberang rumah. Namanya Ana, dan kupanggil Ci Ana, karena ia seorang wanita keturunan Chinese. Sebenarnya aku tidak suka pada gaya dan cara hidupnya yang menurutku ‘ngegampangin’ apa-apa. Ia suka memandang ringan pada semua hal. Termasuk hubungan dengan tetangga sekitarnya. Ci Ana ini sudah menikah dan punya anak satu, Rachel namanya.
Wanita tetanggaku ini memang orang yang bertipe mudah bergaul dan ia gampang akrab dengan siapa saja, termasuk dengan isteriku, Rini. Kadang aku muak bila Ci Ana ini sering memanggil orang dari kejauhan seperti memanggil seekor anjing. Tapi tidak apalah, pikirku, mungkin udah jadi kebiasaannya. Kalo denganku, aku sengaja tidak mau akrab. Entah kenapa. Mungkin karena aku tidak mau bergaul dengan sembarang orang atau karena memang aku tidak suka dengan tetanggaku yang tergolong baru pindah sekitar dua bulan yang lalu itu.

Sekitar seminggu yang lalu, saat hendak berangkat ke kantor aku tanpa sengaja menengadah dan memperhatikan seseorang berjalan mendekati isteriku yang akan naik mobil kami. Kebetulan saat itu aku sudah ada dalam mobil dan hendak menginjak pedal gas. Ternyata si Ci Ana. Kebetulan ia hendak pergi ke arah yang berlawanan. Waktu lewat, kulihat ia mengenakan kaos hadiah dari produk cat “CATYLAC” dengan tulisan merah dan kaosnya itu amat tipis dengan warna dasar putih. Wah.. Buah dadanya itu lho. Tidak kusangka ia punya payudara yang besar. Kayaknya lebih besar dari punya isteriku.
Sepanjang perjalanan ke kantor, badanku terasa panas dingin memikirkan payudaranya itu. Oh.. andaikata aku punya kesempatan.. aku ingin tidur dengannya.. atau paling tidak kalo dia tidak mau, aku akan memaksanya. Aku ingin menikmati payudaranya. Orangnya memang cantik, tinggi dan putih. Walau berkacamata, dapat kulihat wanita itu kelihatannya memiliki gairah seks yang tinggi. Entah hanya khayalanku saja atau memang demikian adanya. Rupanya kesempatan itu akhirnya datang juga.
Dua hari yang lalu, saat lingkungan tempat tinggal kami sedang sepi, terjadilah hal yang tidak kusangka-sangka. Saat aku pulang beristirahat pada sekitar pukul dua belas, seseorang wanita memanggilku. Waktu itu aku hendak menutup dan mengunci pintu pagar.

“Win..! Sini bentar, Win.”
Ternyata Ci Ana. Kudekati dia di pintu pagar rumahnya lalu aku bertanya padanya dengan hati dag-dig-dug tak karuan.
“Ada apa Ci?”
Sambil membuka pintu pagar ia menjawab, “Masuklah dulu.. ada sesuatu yang hendak aku bicarakan..”
Tanpa bertanya lebih lanjut, aku mengikutinya masuk ke dalam rumah (tentunya setelah pagar itu aku tutup dan kunci). Di ruang tamu, aku kemudian duduk dengan perasaan deg-degan. Sementara ia berjalan masuk ke kamarnya. Beberapa menit kemudian ia muncul dengan membawa sebuah kotak berukuran sedang.

“Aku mau tanya ini, Win.. kamu ‘kan pintar bahasa Inggris. Terjemahin ya, untuk aku. Kotak ini isinya kamu lihat sendiri aja deh..” ujarnya dengan wajah bersemu merah. Entah kenapa.
Kuraih kotak dan kertas yang berisi petunjuk tentang cara pemakaian benda di dalamnya. Kotaknya memang masih terbungkus rapih. Saat kubuka bungkusnya, aku kaget bukan kepalang. Tidak pikir benda apa, eh tidak tahunya itu alat kelamin pria alias penis palsu terbuat dari semacam plastik yang dapat digerakkan sesuai dengan kemauan pemakainya. Alat itu harus menggunakan arus listrik. Setelah kubaca petunjuknya, lalu kujelaskan pada Ci Ana.
royalqq66.pkr69.com

“Ci.. daripada Cici pakai alat ini, mendingan pake yang aslinya aja gimana.. Maaf, Ko Teddy (nama suaminya) ‘kan pasti mau tiap malam..” jawabku sambil memandangnya.
“Wah, Win.. dia jangan diharapin deh.. pulang malam terus.. Datang-datang pengennya tidur aja.. jadi gimana mau melakukan hubungan intim, Win.. sementara wanita kayak aku ‘kan butuh dicukupin juga dong kebutuhan biologisnya..” jawabnya enteng namun wajahnya masih terlihat bersemu merah. Ia pun tertunduk setelah itu.
“Gimana kalo.. aku aja yang mencoba memuaskan Ci Ana..?” tanyaku tiba-tiba.

Aku tidak percaya dengan suaraku sendiri. Beraninya aku berkata begitu pada wanita tetangga yang sudah bersuami. Bisa repot nih jadinya.“Apa kamu bilang? Enak aja kamu ngomong. Emang kamu mau dilemparin tetangga lain. Berselingkuh seperti itu nggak boleh tahu..!” jawab Ci Ana dengan nada tinggi.
Baru sekarang aku melihatnya benar-benar marah. Menyesal juga jadinya. Beberapa lama kami pun berdiam diri. Lalu Ci Ana bangkit dari duduknya dan sepertinya ia hendak mengambilkan minum untukku.
“Nggak usah repot-repot, Ci.. Sebentar lagi juga aku pulang..” ujarku mencoba merebut kembali hatinya.
Tidak kusangka ia malah membalas, “Ngaco.. siapa yang mau ngambilin minum buat kamu.. aku mau minum sendiri kok.. Udah sana, pulang aja. Dan terima kasih udah terjemahin petunjuk alat itu..” jawabnya masih dengan nada ketus.

Aku pun bangkit dari dudukku. Namun saat aku hendak berjalan keluar, tiba-tiba muncul ide jahatku.
Dengan berjalan berjingkat-jingkat, kuikuti ke arah mana si Ci Ana berjalan. Rupanya ia menuju kamar tidurnya. Kebetulan jalan menuju pintu kamar, dibatasi oleh korden. Aku pun bersembunyi dibalik korden itu. Untunglah ia tidak menutup pintu kamar itu sama sekali. Kulihat ia membelakangiku, lalu pelan-pelan menarik kaos ketatnya ke atas dan menurunkan celana panjangnya. Rupanya ia mau mandi.
Lalu perlahan-lahan kudekati pintu kamar itu. Ci Ana mulai membuka BH dan celana dalamnya yang berwarna krem. Kemudian ia meraih jubah mandinya yang tergeletak di tempat tidur. Sebelum ia sempat menutupi tubuhnya yang telanjang, aku segera berlari dan menubruknya. Buk..! Ia terjatuh dengan keras ke tempat tidurnya yang besar.

“Aduh..! Lepaskan..! Win.., kok kamu belum pulang, hah..? Mau apa kamu..?” ujarnya kaget setengah mati.
“Aku mau buktikan bahwa alat punyaku lebih hebat dari penis buatan itu, Ci..” jawabku dengan tegas.
“Nggak.. nggak mau.. nanti kalo suamiku pulang gimana..?” tanyanya lagi dengan nada ketus.
Karena sudah berada di atas tubuhnya yang telanjang, tanpa buang waktu lagi, aku mengangkangkan kakinya, dan terlihatlah lubang vaginanya yang berwarna merah muda. Dengan cepat kumasukkan jari tengahku ke dalamnya. Ci Ana perlahan-lahan mengendurkan perlawanannya. Dari tadi ia terus mendorongku supaya aku segera terjatuh dari tempat tidur. Kepalanya mulai bergerak ke sana kemari. Aku langsung mengincar buah dadanya yang besar dan padat. Putingnya kuhisap dan kujilat. Kanan dan kiri.. kanan dan kiri.
Suara tanda ia mulai terangsang mulai terdengar.

“Ah.. ah.. ah..” erangnya.
“Masukkan sekarang Win.. aku sudah tidak tahan lagi.” ujarnya di tengah-tengah kenikmatan yang ia alami.
“Tapi kontolku belum tegang, Ci.. dihisap, ya..!” ujarku sambil menyodorkan senjataku ke mulutnya.
Kebetulan mulutnya sedang terbuka. Kaget juga jadinya dia. Aku memaju mundurkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Luar biasa hisapan mulutnya. Walaupun punyaku jadi basah, namun senjata andalanku itu langsung mengeras. Segera kutarik dari mulutnya. Sebenarnya, Ci Ana tidak rela melepaskan senjataku dari hisapan mulutnya. Ia mungkin ingin terus mengulumnya sampai air maniku muncrat ke dalam mulut dan kerongkongannya.
royalqq66.pkr69.com

Beberapa menit kemudian, aku menyibak rambut kemaluannya yang tebal serta hitam. Bibir kemaluannya kusingkap dengan perlahan. Setelah mengetahui persis letak lubang senggamanya, kuarahkan penisku ke sana, dan dengan sekali hujaman, amblaslah penisku ke lubang surga dunia itu. Aku terus menghujamkan senjataku. Maju-mundur-maju-mundur.., bless.. ceplak.. cepluk.. memang lain rasanya bila bersetubuh dengan wanita yang sudah pernah melahirkan. Sepertinya penisku tidak menghadapi halangan berarti. Sementara Ci Ana mulai bereaksi dengan menggerakkan pantatnya secara memutar. Senjataku seperti dikocok-kocoknya dalam vaginanya.

Sudah lima belas menit, namun pertarungan birahi kami belum juga usai. Kami pun kemudian berganti posisi. Ci Ana sekarang dengan posisi menungging. Aku bersiap menusuknya dari belakang. Kuarahkan senjataku ke mulut kemaluannya sekali lagi. Sementara tangan kanannya membuka mulut vaginanya dengan lebar. Bless.. bless.. bles.., penisku masuk dengan lancar dan pasti. Tangan kananku meraih pinggangnya, sementara tangan kiriku memain-mainkan payudara kirinya. Tampak kepalanya menengadah setiap kali tusukanku kuulangi. Tiba-tiba ia menjerit sambil kedua tangannya memegang kepala ranjang dengan kuat.
“Ah.. ah.. ah.. ah..!” rupanya ia orgasme, namun aku belum juga mencapai puncak. Memang aku lumayan perkasa kali ini.
Beberapa menit berlalu.
Ci Ana akhirnya bilang, “Win, kamu tiduran sok.. aku yang aktif sekarang.. biar sama-sama dong orgasmenya.”
Setelah aku berbaring, ia meraih penisku yang amat keras dan tegak dan dihisapnya sambil jongkok di sebelah kananku. Ia juga menjilat dan mengulum batanganku. Duh.. duh.. duh.. seperti melayang di awan-awan aku dibuatnya.

“Wah, sebentar lagi kalau kuteruskan bisa-bisa aku nyemprotin mani di mulutnya nih.” pikirku.
Lalu buru-buru aku menyuruhnya duduk di atas penisku. Ia pun memegang penisku dan dengan pelan-pelan duduk di atasnya sambil mengarahkan ke bibir vaginanya. Dan.. bles.. jeb.. bless.. jeb! Kulihat penisku seperti tenggelam dalam vaginanya. Aku hanya dapat merem melek jadinya. Ci Ana terus saja bergerak ke sana kemari. Naik-turun, kanan-kiri dan setelah beberapa saat ia melakukannya, aku merasakan ada sesuatu yang akan meledak dalam tubuhku. Segera saja aku bangkit sambil memeluk tubuhnya yang masih ada di atas selangkanganku.
“Ah.. ah.. ah.. ah.. crot..! Crot! Crot! Crot..! Crot..!” sebanyak sembilan kali semprotan maniku masuk ke dalam vaginanya.
Sesudah itu kami tiduran karena kelelahan. Ci Ana masih memeluk tubuhku.
“Win, aku sebenarnya sudah lama ingin berhubungan intim denganmu.. aku tahu kau punya senjata yang hebat. Jauh lebih hebat dari suamiku yang loyo. Cuma aku belum mendapatkan kesempatan untuk itu. Makanya aku pancing kau dengan alat penis buatan itu. Jadi jangan marah ya. Tadi aku bersuara ketus seolah-olah menolak kamu hanya permainan saja. Aku mau tahu seberapa tahan kamu melihat tubuh wanita sepertiku. Makanya aku tadi tidak menutup pintu kamar. Karena kutahu pasti kamu belum pulang dan kamu tidak akan pulang sebelum kamu bisa menaklukkanku..” ujarnya tiba-tiba sambil tangannya membelai pelan penis kebanggaanku yang sudah mulai mengecil.

Tidak kusangka ia mengatakan itu. Memang benar dugaanku. Ternyata Ci Ana memang hiperseks. Ia mau dengan siapa saja dan kapan saja memuaskan hasrat seksnya yang menggebu-gebu. Duh gusti, enaknya punya tetangga seperti dia. Oh ya pembaca, bagi Anda yang berjenis kelamin wanita, baik itu ibu-ibu maupun gadis muda alias ABG yang suka nge-sex dan ingin mencoba penis andalanku, silakan menghubungi saya.

royalqq66.pkr69.com

Cerita Seks Dewasa Birahi Rintihan kalbu

royalqq66.pkr69.com

Ku padamkan lampu-lampu yang tidak perlu lalu perlahan ku buka pintu kamar anak-anakku tercinta, nampak mereka sudah tertidur dan ku lihat Lily juga tertidur di samping anak-anakku. Perlahan ku bangunkan dia, “Ly.., Ly..,” panggilku perlahan untuk tidak membuatnya terkejut.
“Hghh..,” sahutnya perlahan seraya membuka matanya yang masih mengantuk.
“Pindah ke kamar depan dech, suamimu mungkin tidak menjemput malam ini,” ujarku berbisik.
“Oh..,” sahutnya sejurus kemudian dan keluar dari balik selimut.

Tampak Lily telah mengenakan daster yang cuku p tipis sehingga nampak leku kan tubuhnya yang seksi, belahan buah dadanya juga putingnya oleh karena dia tidak menggunakan bra, dan celana dalamnya berwarna pink dengan gambar doraemon di bagian pantatnya, yang sempat ku lihat sebelum ia menghilang di balik pintu. ku kecup pipi kedua anakku sendiri sebelum ku rapatkan kembali pintunya dan pergi ke kamarku sendiri untuk beristirahat dan kerja kembali esok hari karena cuku p banyak juga pekerjaan yang tertinggal selama ini.
Subuh ku terbangun oleh deringan jam meja yang telah ku persiapkan malam sebelumnya, mandi pagi dengan air dingin membuatku segar dan siap untuk bekerja.
“Bagaimana? Sudah kau pikirkan?” tanya suara lembut itu yang sangat ku kenal.
“Bu..,” sahut Lily putus di tengah jalan
“Yach.. Mas Elmo masih muda, mungkin suatu saat dia akan mencari pengganti Linda almarhum kakakmu itu, kalau sudah begitu apakah Ibu masih diijinkan tinggal di sini?” keluh Ibu sejurus kemudian

“Tapi Bu,” Lily berusaha membantah perkataan Ibu
“Yach.. Ibu pikir daripada kamu di sana di sia-sia lebih baik lepaskan Mas Indramu itu, mungkin Mas Elmo akan ijinkan Ibu tinggal di sini, tapi apakah calonnya akan mengijinkan juga?” masih tetap dengan suara lembut yang membujuk.
“Bagaimana dengan Ricky Bu?” tanya Lily lirih.
“Anakmu itu sudah cacat, kamu ya harus berpikir untuk kebaikannya bukan untuk dirimu sendiri, Ibu rasa mungkin dia akan lebih berbahagia bilamana di tempatkan di panti asuhan oleh karena bisa bermain dengan teman-teman senasibnya. Justru dia akan menderita kalau kamu paksa untuk bergaul dengan anak-anak normal lainnya,” saran Ibu melanjutkan
Hening kemudian hanya denting piring yang beradu dengan sendok yang sedang dipersiapkan oleh Ibu mertuaku dan Lily putri bungsunya.
“Seandainya kau bisa memiliki Mas Elmo, kita masih bisa tinggal di sini bila tidak Ibu tak tahu kita harus kemana lagi?” keluh Ibu.
“Bu..,” hanya itu ucapan Lily terputus ketika tiba-tiba..

“Good morning, Pa,” teriak Shanti anakku yang paling kecil dari atas tangga menyapaku yang sedang terdiam di tangga mendengarkan percakapan tadi yang berasal dari ruang makan.
“Good morning honey,” sapaku pula seraya melanjutkan langkahku menuruni tangga.
“Hi.. Shanti,” sapa Lily seraya menunjukkan wajahnya dari pintu ruang makan.
“Hi.. aku mandinya nanti yach,” ujarnya seraya kembali ke kamarnya terburu-buru.
“Eehh.. kakak mana?” Lily bertanya dengan nada yang cuku p keras.
“Masih bobo..,” terdengar balasan dari balik pintu kamar tidur.
“Pagi Mas,” sapa Lily sambil tersenyum manis.
“Pagi juga,”
“Pagi Bu,” sapaku melanjutkan setelah bertemu dengan Ibu di ruang makan itu.
“Pagi,.. ini nasi goreng buatan Lyly nich,” promosi Ibu melanjutkan.
“Wah.. terima kasih nich sudah merepotkan,” ujarku sedikit berbasa basi.

“Sudah buruan makan.. nanti keburu dingin jadi nggak enak, biar Ibu bangunkan anak-anak dulu,” tukas Ibu.
Dengan cekatan Lily melayaniku dengan mengambilkan nasi goreng tersebut sementara aku sendiri menyeruput secangkir teh manis sebagaimana kebiasaanku sejak dulu. Di kantor pikiranku juga masih berkutat dengan pembicaraan Ibu tadi pagi, sehingga sebenarnya tidak seluruh pikiranku terkonsentrasi untuk pekerjaan. Masih terngiang-ngiang kemungkinan aku untuk memperistri Lily.. mungkinkah?
Sore hari saat pulang kerja..
Sementara Lily berlutut untuk mencapai rak lemari yang paling bawah, sedangkan aku berdiri di samping sambil memperhatikannya. Tanpa sadar pandanganku tertuju pada buah dadanya yang nampak indah dipandang dari atas tersebut. Nampak jelas lekukan buah dadanya oleh karena dia menggunakan kaos yang longgar sehingga bagian depannya agak terbuka saat dia dalam posisi yang sedikit membungkuk tersebut. Melihat pemandangan yang demikian mempesona, penisku terus saja menegang sehingga memperlihatkan tonjolannya di balik handuk yang kukenakan tersebut.
royalqq66.pkr69.com


“Nach ini kaos..,” suaranya terputus di tengah jalan ketika dalam posisi berlutut seperti itu menyerahkan kaos yang kuminta padaku oleh karena pandangannya terpaku pada batanganku yang mengeras di balik handuk. Kusadari waktu 2 bulan telah berlalu tanpa hubungan sex tentunya sulit bagiku, namun tertutup oleh kesibukanku. Sedangkan baginya.. dimana Mas Indra, suaminya, yang sejak semalam berjanji untuk menjemputnya, setelah selama ini Lily membantu rumah tanggaku yang porak poranda sejak ditinggal kepergian almarhum Linda, istriku yang juga kakak dari Lily, mengurus anak-anakku, rumah tangga dan sebagainya.
Lily terdiam dan tertunduk malu yang bagiku itu adalah isyarat bahwa dia tidak menolakku, sehingga kuberanikan diriku untuk membuka handuk tersebut sehingga sekarang tersembullah batangku yang telah tegak menantang dengan tubuh telanjang seperti ini, dimana masih ada tetesan air yang masih belum mengering, kuyakin menambah sexy penampilanku malam itu.
Perlahan kubangunkan Lily dan segera kukecup keningnya perlahan turun ke arah pipi dan menelusuri lehernya. Dengusan nafas yang memburu membuat adrenalinku terus meningkat, kuusap lembut pundaknya, telinganya, disertai dengan kecupan hangat yang kulaku kan dengan sepenuh hati.

“Mas El.. jangan,” pintanya sesaat sebelum kucoba untuk melepaskan kaosnya.
“Lily,” gumamku dengan pandangan mata memohon sehingga kuyakin sulit baginya untuk menolakku terlebih deru birahinya juga terus merayap keatas ubun-ubun.
Kukulum putingnya yang masih kecil bak anak gadis, membuatku gemas.
“Mas.. ergh,” rintihnya perlahan.
Belaian hangat jariku terus mengusap seluruh permukaan kulitnya yang putih mulus halus terawat disertai dengan jilatan dan pijatan ringan. Perlahan kudorong Lily sehingga rebah di kasurku.
“Mas janji jangan dimasukkan yach.., aku masih milik Indra,” rintihnya kembali ketika kucoba mencopot celana pendeknya. Ternyata Lily tidak mengenakan celana dalam di balik celana pendeknya tersebut sehingga segera nampak rerumputan hitam dengan panjang yang seragam dan terawat dengan rapih.

“Iya aku janji,” sahutku tanpa berhenti melepaskan celana pendeknya tersebut.
Harum bau tubuhnya terus memompa birahiku namun perlakuanku tetap saja lembut dan tidak terburu -buru untuk membawa Lily menikmati belaian asmara ini. Jilatan mandi kucing yang kulancarkan ini membuat Lily semakin terlena dan pasrah. Jilatan demi jilatan yang menyusuri setiap inci permukaan kulit dadanya, turun ke lembah buah dadanya, terus turun menelurusi garis tengah untuk mencapai kubangan di tengah pusaran perut, membuat otot perutnya tertarik tertahan menahan geli nikmat yang tidak terkira.
Kulewatkan bagian padang ilalang hitam di sana, namun kumulai dari lipatan paha bagian dalam kanan dan kiri yang terus menuruni jenjang kakinya dari bagian dalam hingga mencapai punggung kakinya dan berakhir dengan teriakan tertahan yang disertai hentakan kakinya, “Akhh..”
Kubalikan tubuhnya dan kini jilatannya merayap naik dari bagian tumitnya menelusuri betis indahnya sedikit ke bagian dalam, tidak kupaksa untuk membuka lipatannya namun terus naik hingga ke punggung dan berakhir di sekitar tengkuknya yang mulus, disertai dengan bulu kuduknya yang telah berdiri membuatku semakin gemas, sehingga gigitan sedikit keras kuberikan padanya yang menambah sensasi nikmat, disertai dengan remasan jemari lentiknya pada bantal yang sempat diraihnya untuk berbagi kenikmatan.

Puas bermain di punggungnya kembali kubalikkan tubuhnya, sesaat mata kami sempat beradu pandang, terlihat sayu tertutup perlahan dan menggodaku untuk mengecup lembut bibirnya. Kulumanku mendapat balasan yang malu-malu dan segera kuterobos dengan lidahku untuk mengait lidahnya sehingga pagutan lidahku bagaikan aliran listrik untuk mencetuskan butiran keringat halus bagaikan tetesan embun di dahinya.
Perlahan namun pasti sambil berpagutan tersebut kunaiki tubuh mungilnya dan Lily sempat melirik ke kaca yang ada di lemari pakaian dan jelas nampak tubuh mungilnya sekarang berada dibawah tubuhku yang tinggi besar, sensasi tersendiri melihat tubuhku menindih tubuh mungilnya dimana baru kali ini dialaminya bahwa seorang pria yang bukan suaminya tengah menindihnya dalam keadaan tubuh yang bugil, telanjang bulat.

Batanganku yang telah mengeras tepat berada di atas perutnya dan ketika seluruh berat tubuhku telah menindihnya jelas sekali kurasakan getaran tubuhnya laksana menggigil akibat menahan birahi. Kulumanku belum kulepaskan dan lidahku terus bermain dengan lidahnya dengan respon yang semakin menggila disertai lenguhan birahi.
Ketika kulepaskan pagutan liar itu, segera ku buka lebar pahanya sehingga jelas terlihat ilalang hitam di bagian bawah telah lepek dan tanpa rasa malu-malu lagi Lily jelas membentangkan kakinya lebar-lebar, memberiku jalan untuk menerobos masuk. Namun tak kulakukan itu, sebaliknya perlahan kubuka lipatan bibirnya sehingga nampak celah memanjang bagaikan irisan roti dan diikuti dengan mengalirnya secara perlahan cairan kental mirip lem anak SD.
Setelah kujilat 1-2 kali sapuan, segera kuhisap kuat di antara celah yang terbuka itu dan segera kurasakan beberapa cc cairan kental bening itu bagaikan benang yang ditarik dari sumur paling dalam dibetot keluar, akibatnya..
“Mas..,” lengkingan tinggi Lily disertai dengan hentakan berulang kali dari pinggulnya yang tertarik ke atas dan kemudian berakhir dengan kekakuan pada tungkai kakinya selama beberapa saat dan berakhir dengan selesainya hisapanku pada celah vaginanya.

Kubiarkan Lily yang telah mencapai orgasme pertamanya, matanya masih tertutup rapat tak bergerak menikmati gulungan birahi yang mulai mereda menyisakan kelelahan yang teramat sangat. Sesaat kemudian belaian jari lentiknya yang mengusap wajahku menyadarkanku dari lamunanku.
“Thanks yach.., Mas belum yach?” tanyanya sendu merasa bersalah.
Segera kukembangan senyum manisku yang menusuk kalbu, “Enak..,” tanyaku suatu pertanyaan bodoh yang seharusnya tak perlu kutanyakan.
Anggukan halus dari Lily membenarkan pertanyaanku dan segera kulanjutkan “Pernah diberikan oleh Mas Indra?” selidikku untuk membandingkan kemampuanku.
Lily meraih penisku dan mengocoknya perlahan. “Mas Indra tidak pernah membelai, dia lebih suka tembak langsung dan itu juga nggak lama, sebentar juga keluar setelah itu tertidur tapi..,” sahutnya memutus di tengah jalan.
“Kenapa?” tanyaku penasaran.

“Kalo besar sich lebih besar Mas Indra, jadi tiap kali sakit sesudahnya. Mungkin kurang foreplay kali yach,” sahutnya untuk memberikan alasan.
“Oh..,” sahutku yang yakin bahwa apa yang kuberikan pasti lebih berkesan dibandingkan dengan Indra suaminya.
Buliran keringat halus di keningnya dan sepanjang lehernya menggodaku untuk kembali menjilatnya dan kali ini Lily mengelinjang geli. Namun tak kuperdulikan. Kujilat habis seluruh buliran keringat di dahi dan sepanjang lehernya menelusuri uratnya kanan dan kiri yang berkilau tertimpa sinar lampu dan tanpa terasa tubuhku yang besar kembali menindihnya dan sempat terdiam tatkala kurasakan batanganku terjepit di atas perutnya. Senyum penuh rasa malu berkembang di bibir Lily tatkala kedutan penis kuberikan padanya sehingga jelas terasa di atas perutnya. Pagutan lidahku kembali menghisap bibirnya disertai pilinan jari jemariku yang lincah bermain di antara kedua putingnya.
royalqq66.pkr69.com

“Mas.. jangan,” pekiknya terkejut ketika kucoba untuk memasukkan penisku ke vaginanya.
“Iya dach.. aku bermain di depan aja yach,” janjiku menenangkannya.
“Aku kocok saja yach,” pintanya tergetar menahan birahi yang berusaha menerjang masuk oleh karena ujung kepala penisku telah berhasil membuka bibir kemaluannya dan bergesek di muara vaginanya. Aku menggeleng tanda tak setuju.

“Tapi jangan dimasukkan yach.. aku ngga mau merusak perkawinanku dengan Mas Indra, aku masih miliknya,” rintihnya tertahan antara sadar dan nafsu.
“Aku janji dech,” sahutku sekenanya oleh karena gesekan kepala penisku terus memberikan sensasi nikmat yang tiada taranya.
Hisapanku pada kedua putingnya, memaksa puting itu telah membesar sekitar 2 kali lipat dari semula, antara bengkak dan juga rangsangan yang ada aku tak mempedulikan itu, namun permainan lidahku di putingnya membawa kenikmatan tersendiri sehingga tanpa ada penolakan lagi yang kuterima tahu-tahu seluruh batang penisku telah tertanam di rongga vaginanya dan ketika Lily tersadar..
“Mas, kok dimasukkan, tadi janjinya nggak masuk,” protesnya dengan nada pasrah.
“Tanggung Li.., aku bener-bener nggak tahan,” kataku seraya mulai memompa.

Busyet bener dach otot-otot vagina Lily, masih sangat kencang walaupun dia pernah melahirkan, ototnya masih kencang sekali akibatnya tentu nikmat yang kurasakan ini bak bermain dengan anak ABG saja. Hal sama juga dirasakan Lily bahwa dinding vaginanya masih ketat sehingga ketika aku memompa, dia juga mengimbangi dengan goyangan pinggulnya untuk menekan ke atas, saat kutusukan masuk sedalam-dalamnya, dan itu juga dikombinasikan dengan kontraksi otot kegelnya yang sangat baik, sehingga yang kurasakan dan kunikmati adalah empotan vagina yang luar biasa.
Irama genjotanku semakin kuat dan menemukan iramanya dengan goyangan pinggul Lily, yang secara mencuri juga memandang di dinding kaca sehingga saat ini jelas nampak tubuh mungilnya timbul tenggelam di kasur busa mengikuti hentakan tubuhku. Buliran keringat sebesar jagung telah membasahi tubuhku dan tubuh Lily yang menetes ke kasur busa dan bantal, seiring dengan dengus nafasku yang terus berpacu ditimpali oleh lenguhan dan rintihan Lily yang berkejaran.

Semakin lama kurasakan semakin sempit liang vagina Lily, sehingga gesekan yang terjadi semakin mantap dan ketika kulirik jelas terlihat lipatan bibir vagina Lily saat ini mengikuti gerakan penisku, yang jelas menonjolkan urat darahnya berwarna kebiru-biruan keluar masuk laksana mengurut batang penisku.
Secara refleks sekarang Lily telah mengangkat secara maksimal kedua tungkainya ke atas untuk memaksimalkan nikmat dunia yang kuberikan dan kubantu dengan mengangkat kakinya lebih tinggi lagi dan meletakkannya dipundakku.
“Hhh.. hh..,” desisku seraya menghunjam-hunjamkan penisku ke dalam liang vaginanya sedalam mungkin.
“Aak..,” desisan halusnya juga tak kalah gencarnya mengiringi tingkatan birahi yang terus mendaki untuk mencapai kepuasan tertinggi. Tak lama kemudian kurasakan rasa penuh, gatal dan kurasakan adanya desakan dari dalam yang akan segera memuntahkan lahar sperma.

“Ugh.. ahh..,” pekik Lily tak tertahankan disertai dengan kejangnya ke dua tungkai kakinya dan tentu saja jepitan vagina itu menjadi maksimal sehingga akupun tidak tahan.
“Lily.. aku.. sampai,” teriakku tanpa tertahankan disertai dengan hentakan kuat menghantam vaginanya.
Crot.. crot.., bendungan lahar spermaku tak tertahankan lagi menyembur dengan dahsyatnya menghantam dinding mulut rahim Lily. Luluh lantak rasanya tulang belulang di tubuh, sehingga tubuh besarku bagaikan tak bertenaga ambruk menindih tubuh mungil Lily. Campuran keringat kami berdua di atas permukaan kulit memberikan sensasi tersendiri, sementara kesadaran kami juga hilang untuk sesaat.

Antara sadar dan tak sadar sempat kulihat bayangan Ibu diuar pintu kamar sesaat sebelum terdengar pintu yang ditutup, memang tadi pintu itu tidak tertutup rapat sich.
“Ibu yach?” tanya Lily memandangku terkejut.
Aku tersenyum dan mengecup keningnya dan membiarkan penisku untuk tetap berada di vagina Lily, sebaliknya Lilypun membiarkan vaginanya untuk tetap menampung penisku dan kamipun tertidur pulas karena kelelahan.

royalqq66.pkr69.com

Friday, March 30, 2018

Cerita Sexx Terjerat Pergaulan Bebas

royalqq66.pkr69.com

Saya terlahir dari keluarga berada, dan cukup terhormat. Dan saya keturunan Indo, campuran dari berbagai suku bangsa (negara). Saya pun tumbuh layaknya gadis lain. Lincah, banyak teman dan di sekolahan termasuk murid pintar.
Itu kata Bu Guru dan teman-teman. Tapi, dari nilai yang ada di rapor dengan rata-rata delapan bisa jadi kata Guru dan teman-teman itu benar. Namun dalam perjalanan pendidikan sempat mengalami hambatan. Dan akhirnya dapat juga menyelesaikan pendidikan diploma (2) bidang sekretaris, yang sempat terseok-seok disebabkan oleb pergaulanku yang sudah termasuk kelewat batas.

Saya memang termasuk anak yang menganut pergaulan bebas. Tepatnya kelas dua SMA sudah menjalin kasih dengan teman sekolah. Dan hubungan kami sampai di luar batas. Melakukan hal yang mestinya baru boleh dilakukan setelah ada ikatan resmi, nikah.
Itu terjadi karena dalam keluargaku saya bungsu dan empat bersaudara kurang mendapat didikan dan perhatian dari kedua orang tua. Kedua orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Dan kami anak-anaknya dipercayakan kepada pembantu. Ayah dan ibu seolah berkewajiban hanya menyiapkan uang untuk berbagai kebutuhan. Tapi dari segi kasih sayang sama sekali tidak merasakan. Karena ayah dan ibu pulang rata-rata sudah larut malam. Untuk sekadar makan bersama atau kumpul keluarga saja boleh dikatakan hampir tak pernah.
Kondisi itu sepertinya tidak dipedulikan oleh ketiga kakakku, dua pertama perempuan, dan ketiga laki-laki. Bisa jadi karena sudah biasa. Tapi bagi saya (bungsu), sangat mendambakan belaian dan kasih sayang yang hangat dari ayah dan ibu. Dan harapan itu sangat terasa saat menjelang tidur malam. Ingin rasanya mendapat pelukan dan ciuman khususnya dari ibuku. Namun akhirnya dari harapan kasih dari kedua orang tua yang tak kunjung tiba, membuat saya menjadi terbiasa mandiri. Bahkan menjadikan saya perempuan tegar tidak cengeng. Hampir semua persoalan hidup, saya hadapi dan coba selesaikan sendiri.
Akhirnya dalam pergaulan untuk menghilangkan stres dan rasa penat di dalam rumah, sering keluar jalan-jalan mencari hiburan nonton film ramai-ramai bersama teman atau sekadar kongkow-kongkow hingga larut malam. Di dalam pergaulan ini saya mengenal yang namanya obat-obatan dan mulai merokok. Sepertinya saat itu tidak ada beban dan rasa bersalah dengan keputusan yang saya ambil itu.
Apalagi ketiga kakakku juga tidak ada yang dapat sebagai panutan. Semua bersikap cuek. Jadi yang kuperbuat ya sah-sah saja. Tidak ada yang melarang, apalagi masing-masing (kakak-kakakku) punya kesibukan sendiri-sendiri. Yang pertama Kak Intan, yang saat itu sedang kuliah asyik dengan kehidupannya sendiri bersama sang pacar satu kampus.

Kak Mira (kedua) kelakuannya juga tidak terlalu berbeda dengan Kak Intan. Di samping kuliah juga terlalu asyik dengan pacarnya. Sementara Kak Niko (ketiga) memang lebih liar dibanding kedua kakak perempuannya. Hampir tiap hari pulang larut malam. Dan sekolahnya boleh dikatakan sudah drop. Kerjanya hanya main, dan kalau siang tidur. Tiap hari minta uang kepada ayah, jika tidak diberi pindah minta ke ibu. Ada saja alasan untuk kebutuhan. Saya sendiri sebagai adik sampai berpikir mau jadi apa nanti Kak Niko itu.
Pernah suatu hari, saya merasa kurang nikmat badan dan minta ijin pulang. Sampai di rumah, di kamar kakakku Intan yang bersebelahan dengan kamarku terdengar suara aneh, rintihan tapi disertai desahan. Yang sedianya pulang untuk istirahat, dengan adanya suara itu saya penasaran mencari tahu. Kondisi rumah, jika siang memang sepi. Karena semua kakakku dan aku pergi sekolah. Tinggallah pembantu sendirian. Kadang kakak Intan memang kuliah siang. Seperti siang itu, Kak Intan kuliah siang.

Saya coba membuka pintu kamar Kak Intan, dalam benak saya siapa tahu sakit seperti saya dan perlu pertolongan. Tapi pintu dikunci. Suara itu makin jelas, dan sepertinya Kak Intan tidak sendirian. Nah saya mencoba mengintip lewat lubang kunci. Degup jantungku bergetar keras dan kencang. Melihat adegan seni yang saya ketahui, meski masih dalam khayalan dari membaca stensilan yang dipinjami teman.
royalqq66.pkr69.com

Cukup goyah lututku menyaksikan keasyikan kakakku yang tanpa pembalut tubuh bergelut dengan teman prianya. Perbuatan yang sebelumnya hanya saya khayalkan, kini terpampang di depan mata disajikan oleh kakakku Intan. Cukup lama pergumulan itu berlangsung. Dengan rasa tak tahan namun kepinginnya terus nonton, saya masuk kamar dan rebahan. Suara kakaku dan teman prianya terus menggoda. Akhirnya saya tidak lagi merasakan sakit, bahkan penyakit pusing itu lantas hilang begitu saja.

Suara desahan Kak Intan tidak kedengaran lagi, yang ada obrolan mereka berdua. Dan mereka lantas berangkat kuliah. Tidak tahu jika saya pulang lebih awal dan telah menyaksikan perbuatan bejatnya. Sayapun terus membayangkan kejadian yang baru saja terjadi. Namun terhadap Kak Intan saya bersikap biasa, seolah tidak tahu apa yang telah dilakukan dengan kekasihnya. Kepada ayah dan ibu saya juga tidak bercerita, saya pikir apa pedulinya toh sepertinya kakak saya begitu menikmati terlihat dan cara bermain dan pagutannya saat itu.
Sejak kejadian itu, saya jadi sering bolos sekolah. Ingin mengulang menonton ‘pergulatan’ Kak Intan. Dengan cara mengendap-endap masuk rumah takut ketahuan terus menyelinap masuk kamar. Namun harapan untuk mendapatkan tontotan menarik seperti siang kemarin sia-sia. Karena teryata Kak Intan kuliah pagi.
Nah saat saya dalam keadaan antara tertidur, terdengar sayup-sayup suara dua orang sedang ngobrol di kamar sebelah, kamar Kak Mira (kakak kedua saya). Pikir saya mereka baru pulang kuliah. Kamar Kak Mira memang bersebelahan dengan saya. Kamar kami (cewek) bertiga berjejer, dan saya yang di tengah. Sementara kakak laki-laki saya, Niko kamarnya di depan.

Kak Mira pulang kuliah mengajak teman laki-laki ke rumah. Pertama obrolan itu soal pelajaran. Namun lama-lama suara obrolan itu hilang, berganti suara desahan. Saya kontan bangun dan mengendap-endap mencari lubang kunci. Dan setelah di luar saya terkejut, karena pintu Kak Mira tidak ditutup dan terbuka cukup lebar. Saya sendiri jadi serba salah, takut ketahuan. Tapi suara musik di kamar Kak Mira membuat langkah dan gerakan saya tidak terdengar. Bahkan Kak Mira sepertinya tidak peduli dengan pintu yang masih terbuka itu.
Setelah mendapat posisi yang aman, saya mengamati dengan cermat gerakan demi gerakan yang dilakukan Kak Mira bersama temannya. Terlihat mereka masih mengenakan pakaian lengkap. Hanya saja rok Kak Mira mulai tersingkap, CD-nya terlihat. Sementara Si pria masih lengkap dengan t-shirt dan celana jeans. Tapi pagutan dan ciuman mereka berdua sepertinya membawa ke langkah yang makin seru. Masing-masing berlomba melucuti pakaian lawannya. Hingga akhirmya keduanya dalam kondisi telanjang. Cukup nanar dan gemetar juga saya menyaksikan adegan itu. Dan adegan seperti itu pernah saya saksikan lewat film BF bersama teman-teman usai sekolah, di rumah Linda (teman sekelas). Dan kedua saat melihat Kak Intan sedang main dengan pacarnya. Namun saat nonton Kak Intan kurang seru disamping lewat lubang kunci, shownya sudah setengah main.

Hari ini sungguh berbeda, saya menyaksikan seluruh permainan dari awal. Sungguh mendebarkan, Kak Mira meraih batang penis pacarnya, kemudian mulai dikocok-kocok dengan perlahan. Terlihat batang penis pacar kakakku mulai tampak membesar dan memanjang, sampai akhirnya dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan bagaimana batang penis yang tadinya layu kini telah berdiri dengan kerasnya dan sangat panjang, mengundang hasrat birahiku untuk turut merasakan kehangatan dan kedahsyatan penis pacar kakakku ini. Dengan penuh birahi kakakku mulai mengulum batang penis dihadapannya, sementara tangannya tetap mengocok-ngocok bagian tengah kebawah batang penis, kulihat tubuh pacar kakakku berkelejat-kelejat dan dari mimik wajahnya seakan menahan serangan kenikmatan yang datang bertubi-tubi di daerah sekitar batang kepala penisnya.
Pergulatan Kak Mira dan temannya semakin seru, saling memagut, mendesah, memburu, dan akhirnya saya lihat mereka berdua berada dalam permainan seks yang menggairahkan saat teman kakakku mulai memasukkan batang penisnya yang panjang kedalam vagina kakakku, kudengar kakakku mulai berteriak-teriak kecil dengan disertai desahan-desahan penuh birahi, kuakui memang teman kakakku ini memiliki stamina yang kuat sanggup bermain dalam satu jam dalam beberapa posisi yang pernah kulihat dalam video seks kamasutra, kuhitung-hitung kakakku sudah mengalami orgasme tiga kali dalam permainan tersebut, hingga pada akhirnya kulihat teman kakakku menggenjot-genjotkan batang penisnya secara cepat, dan.., tiba-tiba manarik batang penisnya dengan cepat dari vagina kakakku, dan beberapa detik kemudian kulihat semprotan sperma begitu banyaknya dan akhirnya teman kakakku mulai terkulai lemas dengan mandi keringat. Namun posisi mereka tetap berpelukan.
royalqq66.pkr69.com
Saya pun dengan lemas dan gemetar masuk kamar. Namun pada saat menyaksikan adegan pergumulan itu tidak terasa tangan saya seperti dibimbing meraba dan menyentuh ‘barang’ terlarang milik saya. Dengan tidak sadar tangan saya mengusap-usap diantara selangkangan. Dan saya mendapatkan rasa kenikmatan. Sepertinya ada cairan yang keluar dari dalam, dan saya tidak tahu apa yang keluar itu. Yang ada rasa nikmat tiada tara saat itu.
Nah perbuatan itu (mengusap kemaluan) saya lakukan di saat sendirian di dalam kamar. Dan ternyata saya mendapat kenikmatan yang sama seperti saat sedang nonton Kak Mira bercumbu. Bahkan perbuatan itu terus diulang-ulang. Rasa penasaran pun makin menjadi-jadi, akhirnya saya ingin tahu bagaimana rasanya berhubungan. Suatu saat, sebetulnya tidak sengaja. Saya bermaksud pinjam catatan pelajaran kepada pacar, yang tidak sempat saya ikuti karena tidak masuk sekolah. Kebetulan buku itu ada di rumah. Maka saya diajak ke rumahnya mengambil buku itu.

Rumah pacar saya siang itu sepi. Kedua orang tuanya bekerja, sementara pacar saya anak satu-satunya. Yang ada di rumah hanya pembantu. Rumah itu cukup besar dan sepi. Saya dipersilakan masuk, dan diajak ke kamarnya. Setelah diambilkan minum, kami ngobrol. Pacar saya sepertinya telah berpengalaman dalam berpacaran. Terlihat dan saat ngobrol tangannya mulai aktif meraba daerah sekwilda (sekitar wilayah dada) milik saya. Namun anehnya saya menikmati, dan membiarkan tangan itu menelusuri daerah sensitif saya.
Teringat yang dilakukan pacar saya, seperti saat pacar Kak Mira melakukan hal yang sama. Saya pun terlena dalam kenikmatan, seperti terbang diawang-awang. Dan akhirnya perbuatan yang tadinya hanya dalam angan, kini kunikmati sungguhan. Kamipun sudah dalam kondisi polos, suara mendesah bercampur degup kencang jantung ada di dalam tubuhku. Saya pun rebah ditindih. Bukan sakit yang saya rasakan, tapi kenikmatan. Dan akhirnya kami pun sampai batas ‘perburuan’, lemas, lunglai dan bermandikan keringat. Untuk beberapa saat kami berpelukan, rasanya tidak ingin melepas, malah inginnya mengulang lagi. Dan perbuatan itu kami ulang setiap ada kesempatan. Sampai selesai sekolah diploma. Kamipun sebelum melakukan hubungan sering menggunakan obat-obatan terlebih dulu. Dan ternyata berdampak makin lebih nikmat dalam berhubungan. Hubungan kamipun lepas begitu saja, setelah pacar dengan alasan meneruskan sekolah, pergi ke luar negeri.

Bagi saya kepergian pacar saat itu tidak masalah. Toh dalam benak saya masih banyak pria lain yang antri untuk bisa kencan denganku. Mengingat dan merasakan pengalaman seks selama ini, banyak laki-laki yang mencoba mendekati saya dan mengutarakan cinta. Saya saja yang agak jual mahal. Nah saat baru selesai sekolah (diploma), sementara lagi kosong pacar tidak ada, saya banyak tinggal di rumah. Kegiatan diisi dengan baca buku, dan baca apa saja. Paling kalau jenuh, ke rumah teman ngobrol hingga malam, terus pulang langsung tidur.
Saat pulang pukul 24.00 WIB, dan pintu rumah memang hampir tidak pernah terkunci, saat buka pintu melewati depan kamar Kak Niko terdengar suara agak aneh. Ada desahan suara tertahan, sementara ada pula suara cekikikan. Saya yakin di kamar Kak Niko ada dua orang. Kebetulan saat itu ayah sedang tugas ke luar kota, dan ibu ikut mendampinginya. Ruang depan memang sudah gelap, tapi ruang Kak Niko terang, jadi cukup leluasa saya mencari tahu apa yang sedang dikerjakan kakakku. Kebetulan Kak Niko tidak pernah menutup jendela kamarnya yang terletak di dalam rumah. Dari jendela itu, saya mengendap mengintip. Dalam benak saya, yang terjadi di dalam kamar sama dengan kejadian seperti Kak Intan dan Kak Mira saat itu, ‘pergumulan’.

Benar saja. Kakak saya dan teman wanitanya setengab baya (35-an) namun masih terlihat cantik dan seksi sedang bergumul tanpa sehelai pakaian. Kak Niko terlihat begita asyik mencumbu, dan tak henti-hentinya menciumi seluruh bagian lekuk-lekuk tubuh si wanita. Si wanita menggelinjang, tertawa cekikikan di antara desahan yang tertahan.
Cukup lama permainan mereka itu berlangsung. Bahkan Si wanita sepertinya sudah tidak tahan, menjerit-jerit kecil dan memohon kepada Kak Niko, “Please, please”, katanya. Kak Niko sepertinya tidak peduli dengan kondisi wanita yang sudah seperti cacing kepanasan. Dan akhirnya, mereka berdua bergumul saling mendekap erat, berlomba mencapai perpaduan. Selesai sudah. tapi saya tidak lantas beranjak dari posisi. Penasaran ingin tahu apa lagi yang akan diperbuat. Posisi mereka telentang dan membiarkan tubuhnya terhampar tanpa pakaian. Tapi Si wanita, masih menggelayut dan mencumbu. Kakak saya bersuara, “Bayar dulu”, katanya.

“Jangan khawatir”, jawab Si wanita. Dan Si wanita bangkit, berjalan gontai menuju kursi belajar Kak Niko, di mana di situ terletak tasnya. Dari dalam tas wanita itu mengeluarkan uang lima puluh ribuan, saya taksir sekitar satu juta.
Lantas uang itu dilemparkan kepada Kak Niko.
“Bagaimana”, kata wanita itu. “Thanks darling”, jawab Kak Niko.

Dan wanita itu tidur rebahan di sebelah kakakku. Mereka ngobrol tapi tangan masing-masing aktif menjamah daerah sensitif lawan. Lama-lama mereka mulai terangsang lagi. Ronde kedua jelas tinggal nerusin. Tidak perlu capai-capai pemanasan. Tapi saya melihat sebelum melakukan ‘pertempuran’ mereka berdua sepertinya mengkonsumsi obat. Sehingga permainan mereka terlihat lebih seru dan panas. Dan sayapun lama-kelamaan tidak tahan, mundur dan masuk kamar. Namun mata ini tidak bisa terpejam.

royalqq66.pkr69.com

Cerita Seks Utang Di Bayar Istriku Sendiri

royalqq66.pkr69.com

Aku sebenarnya tidak tega menagih utang pada kawanku yang satu ini. Namun, karena keadaanku juga sangat mendesak, aku memberanikan diri dengan harapan temanku bisa membayar; minimal separuhnya dulu. Sayang sekali, Darta, kawanku yang baru menikah enam bulan yang lalu ini, tak bisa membayar barang sedikit pun. Memang aku mengerti keadaannya. Ia menikah pun karena desakan orang tua Mila, yang kini jadi istrinya. Darta sendiri, sampai saat ini belum punya pekerjaan.
Karena hari sudah larut, aku tahu diri, segera permisi pada Darta.
“Gua jadi enggak enak nih..”
“Sudahlah Ta. Gua gak apa-apa koq. Gua cuma nyoba aja, barangkali ada,” aku menukasnya, takut membuatnya jadi beban pikiran.
“Ma, gua mau bisikin sesuatu..’ tiba-tiba Darta mendekatkan mulutnya ke arah telingaku. Dan aku benar-benar terkejut, ketika Darta menawarkan istrinya untuk kutiduri.
“Gila lu.. Sialan..” ucapku.
“Sstt.. Jangan berisik. Gua juga kan ingin balas budi sama elu. Soalnya eu udah banyak berbuat baik sama gua. Gak ada salahnya kan, kalau kita saling berbagi kesenangan..” begitulah ucap Darta dengan serius.

Memang diam-diam sudah sejak lama aku selalu memperhatikan Mila. Bahkan aku pun memuji Darta, bisa mendapatkan gadis secantik Mila. Selain posturnya yang tinggi, Mila memiliki kulitnya yang putih dan mulus. Tubuhnya menggairahkan. Memang selalu terbungkus rapat, dengan baju yang longgar. Namun aku dapat membayangkan, betapa kenyalnya tubuh Mila.
Baru melihat wajah dan jemari tangannya pun, aku memang suka langsung berpantasi; membayangkan Mila jika berada di hadapanku tanpa busana. Lalu Mila kugumuli dengan sesuka hati. Namun untuk berbuat macam-macam, rasanya kubuang jauh-jauh. Karena aku sangat tahu, Mila itu orang baik-baik, dan keturunan orang baik-baik pula. Lihat saja penampilannya, yang selalu terbungkus sopan dan rapi.

“Lu serius, Ta? Bagaimana dengan Mila? Apa dia mau?” aku pun akhirnya mulai terbuka.
“Kita pasang strategi, donk! Kalau secara langsung, jelas istri gua kagak bakalan mau,” jawabnya.
“Gimana caranya?” aku penasaran.
Darta kembali membisikan lagi rencana gilanya. Aku memang sangat menginginkan hal itu terjadi. Sudah kubayangkan, betapa nikmatnya bersetubuh dengan perempuan aduhai seperti Mila.
“Mila..! Mila..! Milaa..!” Darta memanggil istrinya.
Dan tanpa selang waktu lama, Mila ke luar dari dalam kamarnya dengan dandanan yang tetap rapat.
“Ada apa, Bang?” tanya Mila.

“Tolong belikan rokok ke warung..!” kata Darta sambil merogoh uang ribuan ke dalam sakunya.
“Baik, Bang,” Mila menerima uang itu, lalu ke luar.
Darta segera menyuruhku masuk ke dalam kamarnya, seraya masuk ke kolong ranjang. Aku mau saja, berbaring di tembok dingin, di bawah ranjang. Lalu Darta ke luar lagi. Pintu kamar, tampak masih terbuka.
royalqq66.pkr69.com

Tidak lama kemudian, terdengar suara Mila yang datang. Mereka bercakap-cakap di ruang tamu. Dan Darta mengatakan kalau aku sudah pulang, karena ada ditelepon sama bos-ku. Mila kedengarannya tidak banyak tanya. Dia tak terlalu mempedulikan kehadiranku. Hingga suara pintu yang dikunci pun, bisa terdengar dengan jelas.
Kulihat dua pasang kaki memasuki kamar. Pintu ditutup. Dikunci pula. Bahkan termasuk lampu pun dimatikan, sehingga mataku tak melihat apa-apa lagi. Yang kudengar hanya suara ranjang yang berderit dan suara kecupan bibir, entah siapa yang mengecup. Lalu ada juga yang terdengar suara seleting celana, dan nafas Mila yang mulai tak beraturan. Pluk, pluk, pluk.. Sepertinya pakaian mereka mulai dilemparkan ke lantai, satu persatu.

“Emh.. Ah.. Uh.. Oh..” Jelas, itu suara milik Mila.
“Euh.. He.. Euh..” nah kalau itu, suara Darta.
Tampaknya mereka sudah mulai bercumbu dengam hebatnya. Ranjang pun sampai bergoyang-goyang begitu dahsyat.
“Emh.. Akh.. Ayo Bang.. Aduuh ss..” suara Mila membuat nafasku bergerak lebih kencang dari biasanya.
Aku bisa merasakan, Mila sedang ada dalam puncak nafsunya. Aku sudah tidak tahan mendengar suara dengusan nafas kedua insan yang tengah memadu berahi ini. Hingga aku mulai membuka celanaku, bajuku dan celana dalamku. Aku sudah telanjang bulat. Lalu aku bergerak perlahan, ke luar dari tempat persembunyian, kolong tempat tidur.
Meski keadaan sangat gelap, namun aku masih bisa melihat dua tubuh yang bergumul. Terutama tubuh Mila, yang putih mulus. Darta sudah memasukan penisnya, dan sedang memompanya turun naik, diiringi desahan nafas yang tersengal-sengal. Konvensional. Mila sepertinya lebih menikmati berada di posisi bawah, sambil kedua tangannya memeluk erat tubuh Darta, dan kakinya menjepit pantat Darta. Aku mulai tidak tahan.

Tiba-tiba Darta semakin mempercepat pompaannya. Ranjang bergoyang lebih ganas lagi. Dan suara erangan tertahan Mila semakin menjadi-jadi.
“Emh, emh, emh, emh.. Ah.. Oh..” Hanya itu yang keluar dari mulut Mila, karena mulutnya disumpal oleh mulut Darta. Dan akhirnya.
“Agh.. Agh..!” suara Darta mengakhiri pendakian itu.
Namun tampaknya Mila belum selesai. Terbukti, kakinya masih menyilang erat, mengunci paha Darta, agar tak segera mencabut penisnya. Tetapi apa hendak dikata, Darta sudah lemas. Ia tergolek dengan nafas yang lemah-lunglai.
Kesempatan inilah, saatnya aku harus masuk. Demikian yang direncanakan Darta tadi. Maka tanpa ragu lagi, aku segera melompat ke atas ranjang. Meraih tubuh Mila dan langsung menindihnya. Tentu saja Mila terpekik kaget.
royalqq66.pkr69.com

“Siapa Kau..! Kurang ajar..! Pergi..! Ke luar..! jangan..! setaan..!” Mila berontak. Ia sangat marah tampaknya.
“Mila, aku punya hutang pada kawanku. Berilah ia sedikit kesempatan..” Darta yang menjawab, sambil mengelus rambutnya.
“Biadab..! Aku tidak mau..! Lepaskan..! bangsat..!” Mila mendorong tubuhku.
Namun karena nafsuku sudah memuncak, aku tak mungkin menyerah. Kutekan lebih keras tubuhnya, sambil tanganku berusaha menuntun agar penisku segera masuk. Mila tetap meronta. Mila berkali-kali meludahi mukaku. Tetapi aku diam-diam menikmatinya. Bahkan ludahnya malah kusedot dari bibirnya, dan kutelan.

Meskipun liang vagina Mila sudah licin, namun penisku tetap agak seret untuk segera menembusnya. Mila terpekik, ketika aku menekan dan memaksakannya sekaligus. Bles..! Akhirnya masuk juga. Kudiamkan beberapa saat, karena aku ingin mencumbu dulu bibirnya. Mila tetap berontak, sampai akhirnya kehabisan tenaga. Akhirnya ia hanya diam.
Kurasakan ada air mata yang mengalr dari kedua kelopak matanya. Tetapi aku semakin bernafsu. Kuremas-remas payu daranya yang ternyata memang cukup besar dan begitu kenyal. Lalu aku mulai memompa penisku. Mila terpekik kembali. Kasihan juga, aku melihatnya. Sehingga aku bergerak perlahan-lahan, sampai akhirnya vagina Mila bisa beradaptasi dengan penisku. Mila tidak bereaksi. Ia diam saja. Namun aku sangat menikmatinya.

Walaupun Mila diam, tentunya jauh lebih nikmat dari pada melakukannya dengan patung. Aku terus memompanya, sampai napasku mulai ngos-ngosan. Kucoba menyalurkan nafasku ke arah telinga Mila. Dan hasilnya cukup bagus. Lama kelamaan, di sela isakan tangisnya, diam-diam kurasakan vaginanya diangkat, seakan Mila ingin menerima hunjaman penisku lebih dalam. Tentu saja aku semakin bersemangat. Kupompa lebih cepat lagi. Tiba-tiba isakan tangisnya berhenti, diganti dengan nafasnya yang kian memburu. Dan yang lebih mengagetkan lagi, kakinya tiba-tiba mengunci pantatku. Aku tersenyum, sambil mencumbui telinganya.
“Kau menikmatinya, sayang?” bisikku.
“Diam..!” dia membentakku. Namun aku yakin, Mila hanya tidak mau mengakui kekalahan dirinya. Buktinya, ketika penisku kucabut, Mila menekan pantatku. Tangannya pun memeluk tubuhku, agar aku merapatkannya kembali.

Lalu ada suara erangan dari bibirnya yang tertahan. Bersamaan erangan itu, kedua kakinya semakin erat menekan pantatku. Dan vaginanya ditekan pula ke atas. Aku pun sangat terangsang. Hingga detik-detik akhir pun akan segera tiba. Kupeluk erat pula tubuh Mila. Kugenjot lebih cepat dan lebih keras. Sampai akhirnya tiba pada genjotan yang terakhir. Aku tekan sangat kuat. Kugigit pelan lehernya.

“Agh.. Agh.. Agh..” Maniku keluar di dalam vaginanya. Begitupun Mila.
“Akh.. Akh.. Akh.. Ss..” begitulah yang keluar dari mulut Mila.
Lalu kemudian Mila mendorong tubuhku dan seakan menyesali dan tak mau lagi bersentuhan denganku


royalqq66.pkr69.com

Thursday, March 29, 2018

Nafsu Liar Suami ku

royalqq66.pkr69.com

Aku hanya seorang wiraswasta. Kami tinggal di Denpasar, Bali. Cerita ini bermula satu setengah tahun lalu, ketika teman kuliah suamiku datang dari Jakarta bersama suaminya. Sebut saja namanya Sally, sedangkan suaminya bernama Tomy. Usia mereka tak jauh berbeda dengan kami. Hari pertama tak ada yang terjadi alias biasa-biasa saja, namun masuk hari kedua, saya mulai mencium ada yang tak beres antara suamiku dengan mbak Sally. Dari tatapan mereka tampaknya ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Tapi saya gak tahu. Sementara mas Tomy kelihatannya cuek aja. Malam ketiga, setelah kami pulang dari santap malam di seputaran Denpasar, saya langsung saja mohon pamit untuk segera beristirahat. Suamiku dan kedua tamu kami masih terus ngobrol.
Tengah malam, saya gak tahu jam berapa, saya merasa haus sehingga bangun. Suamiku belum ada di sampingku. Perlahan aku menuju dapur, namun begitu akan memasuki ruang tengah, ada suara-suara yang tak asing lagi di telingaku dari ruang keluarga. Saya pikir gila juga mas Edy, masa selagi ada tamu ia nonton BF dengan volume yang cukup keras. Dengan sedikit kesal saya berniat untuk menegurnya, namun ketika tanganku baru membuka tirai pintu ruang keluarga, jantungku berdetak kaget. Suamiku memang lagi nonton BF, tapi ia tidak sendirian. Ia nonton bersama kedua tamu kami. Dan yang membuatku kaget adalah mereka sebenarnya tidak peduli dengan film yang ada di layar TV, namun ketiganya lagi asik bercinta bareng! Mbak Sally lagi dikeroyoki oleh suamiku dan suaminya. Kulihat suaminya dari bawah, sementara suamiku “mengerjai” mbak Sally dari atas, maksud saya dari anus mbak Sally. Artinya mbak Sally sedang di”double” penetrate oleh kedua lelaki tersebut.
Napasku kian memburu, antara cemburu dan nafsu, tapi aku berusaha kendalikan diri. Suara mbak Sally seakan mengalahkan volume TV, Ouhhhss, ***** my Ass hole!! Yeah, Edy, dig it deeper… ouhhh… harder….!!! Untuk sesaat aku gak tahu harus berbuat apa sehingga hanya terbengong aja melihat aksi mereka bertiga hingga teriakan histeris mbak Sally yang orgamse membuyarkan lamunanku. Bersamaan dengan itu mas Edy dan mas Tomy mengakhiri pendakian mereka dengan menyemburkan mani mereka ke mulut dan tubuh mbak Sally. Lenguhan kedua lelaki membuat saya segera berjinjit dan segera masuk kembali ke kamar tidur. Rasa hausku hilang, namun ada semacam perasaan aneh yang tak bisa kulukiskan. Saya cemburu suamiku bercinta dengan wanita lain di depan mataku, tapi yang membuat saya bingung suami dari wanita itu juga terlibat dalam aksi seks itu, dan nampaknya mereka sangat menikmati permainan itu. Kutunggu mungkin hampir satu jam ketika suamiku muncul di kamar kami. Saya sengaja tertidur pulas, agar mas Edy tidak mengetahui bahwa saya sebenarnya mengetahui yang baru saja mereka lakukan.
Aroma parfum sabun teraa sangat segar, bertanda ia sudah membersihkan diri. Saya sengaja membalikkan badan dan memeluknya, namun dengan perasaan yang tak bisa dilukiskan. Ingin sekali saya bertanya, namun kata-kata sepertinya terpaku dalam mulutku. Suamiku balas memelukku, mencium keningku kemudian langsung tertidur. Ia tentu saja sangat kecapaian. Saya tidak tahu berapa jam mereka bertiga bergelut tadi. Ada perasaan jijik berada dalam pelukannya, namun aku sangat mencintainya. Kehidupan seks kami sangat baik, kami sangat terbuka untuk berdiskusi tentang apa saja mengenai hal ini, bahkan pernah sekali dua kali kami menyinggung tentang tukar pasangan, namun aku tak menanggapinya dengan serius. Aku seorang wanita yang berhasrat seks sangat tinggi, bahkan fantasiku kadang-kadang sangat liar sehingga aku malu untuk mengatakannya pada suamiku sendiri. Namun, malam ini, di depanku sendiri, suamiku memenuhi salah satu fantasinya untuk “mengeroyok” satu wanita bersama laki-laki lain. Dan, impian tergilanya yang hingga kini belum juga saya penuhi, yakni anal seks, terwujudkan bersama mbak Sally. Aku bingung, apakah mbak Sally teriak kenikmatan karena kemaluan suaminya yang bersarang di vaginanya, atau penis suamiku yang mengerjai duburnya? Atau karena dua sensasi yang berbeda itu? Aku semakin penasaran, namun sejujurnya masih ada perasaan aneh yang tak bisa kuungkapkan. Dalam kebingunganku, aku tertidur dalam pelukan suamiku.
Jam enam pagi aku bangun. Suamiku masih terlelap. Demikian juga kedua tamu kami. Segera aku membereskan rumah, dan yang jadi prioritasku adalah ruang keluarga. Namun aku tidak menemukan suatu keganjilan apapun. Semuanya nampak seperti biasanya. Hanya saja sebuah kepingan VCD yang berjudul “Orgy in Paradise” kutemukan di kaki buffet. Kuambil dan mencari boxnya tapi gak kutemukan. Sehingga aku taruh aja di atas player VCD dalam buffet kami. Selesai bersihkan rumah, aku segera menyiapkan sarapan pagi. Jam sudah menunjukkan pikul 07.00 tapi mereka bertiga belum juga bangun. Aku langsung saja mandi, kemudian membangunkan suamiku. “Mas, ayo dong bangun, udah siang nih”! Dengan agak malas suamiku berusaha membuka matanya. “Udah jam berapa nih say?” Ia menanyakannya dengan senyum. “Jam tujuh lewat” kataku langsung memberikannya handuk. “Ayo dong mandi. Ntar gak enak sama mbak Sally dan suaminya loh” Aku berusaha berbicara dengan nada yang wajar. Mas Edy dengan berat hati melangkah menuju kamar mandi.
Jam 07.45 kami semua sudah berada di meja makan. Aku sekali lagi berusaha untuk tampil biasa-biasa saja. “Wah, sepertinya sarapan pagi ini enak sekali. Ada susu, ada telur dan orange juice! Benar-benar favorit kami di Jakarta” mbak Sally membuka pembicaraan. “Ah, biasa aja mbak. Maaf loh, hanya ini yang bisa kusiapkan. Maklum soalnya pagi tadi gak sempat ke pasar. Habis mana mas Edy bangun kesiangan, lagian pembantunya lagi cuti. Praktis hanya kami berdua aja”. “Sorry sayang, aku memang bangun terlambat. Soalnya semalam kami ngobrol sampai larut malam”! mas Edy menimpali sambil tersenyum. Mbak Sally dan suaminya juga demikian. Ada semacam rasa benci dalam hati, namun aku berusaha untuk mengendalikannya. “Mari mbak, mas, silahkan dimakan rotinya, ntar keburu dingin loh” aku mempersilahkan tamuku untuk mulai sarapan. Aku memberikan roti yang telah berisi selai kepada suamiku. “Thanks sayang”. “Wah, beruntung Edy memiliki istri seperti Ana. Cantik dan penuh perhatian lagi!” mas Tomy berujar sambil tersenyum. Aku gak tahu apa arti senyumnya, namun perasaanku mengatakan ada sesuatu yang sebenarnya ingin ia katakan. “O ya mas, rencananya hari ini mau kemana?” tanyaku sambil menatap suamiku. “Belum tahu tuh, mungkin setelah sarapan kita diskusikan lagi. Begitu kan Tomy?” mas Edy menimpali.
royalqq66.pkr69.com

“Kalau begitu aku mohon maaf, karena aku harus ke salon hari ini. Jika mas mau antar mbak Sally dan mas Tomy tolong diatur agar mereka tidak kecewa. Sayang sekali karena saya gak bisa ikut dengan kalian. Soalnya sudah terlanjur janjian untuk creambath dengan salon langganan kami”. Sesaat mereka terdiam, tiba-tiba mbak Sally menimpali “mungkin sebaiknya kita istirahat aja di rumah. Gimana menurutmu mas? kasihan mas Edy masih capek!” kata mbak Sally sambil melihat suaminya. “Ide yang baik. Lagian kita tidur kemalaman sih. Ntar siapa yang kuat nyetir?” mas Tomy menjawab. “Gak apa-apa kok, mas Edy udah biasa”! kataku. Namun, akhirnya mereka sepakat untuk tidak kemana-mana sehingga perasaanku semakin gak karuan. Aku mencoba untuk membuang memoriku semalam, namun semakin jelas dalam benakku episode-episode percintaan mereka semalam.
Aku pamit kepada mereka, berusaha senyum yang wajar dan meninggalkan rumah. Aku sengaja tidak membawa mobil, aku memilih memakai taksi aja. 45 menit berlalu, aku merasa semakin tidak nyaman menunggu giliranku di salon. Akhirnya aku batalkan saja dan pulang ke rumah. Perasaanku semakin tidak karuan sehingga aku meminta sopir untuk berhenti dari jarak seratusan meter. Perlahan aku membuka pagar dan langsung menuju halaman belakang. Rumah nampak sepi, tapi perasaanku deg degkan sekali. Dengan perlahan aku membuka pintu belang, membuka sepatu dan berjinjit masuk ke dalam. Dugaanku benar! Di ruang yang sama mereka mengulangi lagi perbuatan mereka. Kulihat suamiku sedang menjilati vagina mbak Sally, sementara ia memberikan service mulut bagi suaminya. Dalam keadaan siang bolong aku lebih jelas melihat aksi mereka. Aku gak tahu harus berbuat apa, tapi napasku semakin memburu. Aku kesal, marah dan ingin berteriak histeris. Akan tetapi jujur kukatakan ada gairah yang hampir meledak dalam diriku. Aku terbawa oleh suasana. Aku memang sangat bernafsu.

Dalam kebingunganku, sepatu di tanganku jatuh dan mengagetkan ketiganya. “Eh, kamu An..” suamiku kaget. “Maaf ya An, kami tak bermaksud menyakitimu. Kami bertiga udah biasa melakukan ini semenjak kuliah dulu. Ini hanya soal seks aja, gak lebih”. Mbak Sally mencoba untuk mencairkan suasana. Aku terdiam, duduk di sofa, di depan mereka. Sementara mereka masih tetap telanjang, tidak berusaha untuk menutupi aurat mereka. Aku menutup mata, mau menangis, namun tak bisa. Tiba-tiba suamiku memelukku, dan mencium tengkukku. “Maaf say, sekali lagi maaf…” Aku tidak bereaksi, sampai mbak Sally duduk di sampingku dan mulai mencium telingaku. Aku kaget, namun suamiku segera menyumbat mulutku dengan ciumannya. Mbak Sally gak berhenti di sana, tangannya terus bergerilya sehingga dalam sekejap rok dan kaosku sudah terbuka. Aku berusaha meronta, namun tangan-tangan mereka terlalu kuat. Aku mulai merasa sensasi yang luar biasa ketika mbak Sally mencium dan menjilat putingku. Aku hanya bisa berdesah kenikmatan.
Pikiranku buntu, sementara kenikmatan kian menggerogoti tubuhku. Antara sadar dan tidak kurasa ada seseorang yang menarik celana dalamku dan membuka lebar kedua pahaku. Aku lemah. Aku pasrah saja, sehingga ketika ada lidah yang bermain-main di vaginaku aku hanya bisa melenguh, mendesis dan menggigit bibirku. Aku gak tahu lidah siapa yang bermain di sana, namun kuyakin itu bukan milik suamiku. Lambat laun aku pun mulai terbawa oleh gairahku sendiri sehingga aku sudah tidak peduli lagi dengan keadaan. Dalam dekapan tiga pasang tangan, aku orgasme beruntun. Nafasku tak beraturan, tapi aku mulai sadar. Di selangkanganku mas Tomy lagi asik dengan permainannya.
Aku kaget, tapi mbak Sally segera menarikku, menciumku dengan ganasnya. Aku gak tahu harus berbuat apa. Baru saja aku terhempas oleh puncak orgasme yang luar biasa, kini aku diserang lagi. Aku kaget, karena tidak pernah berciuman dengan wanita, apalagi ini di depan suamiku sendiri. “Nikmati aja sayang, gunakan fantasi liarmu agar kamu bisa terpuaskan…” suamiku berbisik sambil terus meremas-remas payudaraku. Sementara di selangkanganku, ada sebuah tuntutan yang hampir meledak, ketika mas Tomy mencium anusku. Dengan lidahnya ia mempermainkan daerah sekitar duburku yang membuatku semakin terbang tinggi. Sekali-sekali ia menggigit pantatku, dan berusaha memasukkan lidahnya ke dalam anusku. Sensasinya tak bisa kulukiskan! Dalam puncak kenikmatanku, suamiku mengganti posisi mas Tomy, dan dengan rakusnya dia mencium dan menjilat seluruh pantatku. Ia tak pernah seliar ini, namun aku tak berusaha untuk menahannya.
Aku sedang tenggelam dalam luapan gairah yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Sementara mbak Sally bergantian dengan suaminya bermain dengan puting dan mulutku, suamiku mulai mencoba memasukkan jarinya kedalam anusku. Aku kaget, namun sekali lagi aku tak kuasa menahannya. Hasratku mengalahkan logikaku. Pertama satu jari, kemuadian dua, lalu tiga. Awalnya cuma sodokan pelan, namun lama-kelamaan semakin kencang. Sementara jemarinya keluar masuk di duburku, mas Edy mencium dan menjilat klitorisku dengan ganas. Ingin sekali aku berteriak, namun suaraku tertahan oleh ganasnya serangan mbak Sally di mulutku. Aku terbuai dalam permainan itu, sehingga aku ikuti saja ketika suamiku membalikkanku, dengan posisi nungging ia mulai berusaha untuk menggunakan ******nya di lubang pantatku. Aku hanya pasrah, ketika pelan-pelan ******nya mulai masuk, aku merasa agak nyeri, namun rasa itu segera hilang bersamaan munculnya sensasi yang luar biasa dalam perutku.
royalqq66.pkr69.com

Suamiku semakin cepat melakukan aksinya, sementara mbak Sally berusaha memberikan rangsangan tambahan dengan mencium memekku.
Ia terus menjilat, dan terus saja menjilat lendir vaginaku yang bercampur dengan ludahnya. Aku ingin berteriak, namun sekali lagi mulutku tersumbat oleh kemaluan mas Tomy. Aku begitu liar, rasioku hilang. Yang ada hanyalah tuntutan kepuasan, desakan untuk segera meledak dari dalam perutku. Akhirnya, puncak itu datang juga. Aku merasakan multiple orgasme yang bertubi-tubi, kenikmatan yang aku ragu bisa mendapatkannya lagi. Dalam erangan puncakku, mas Tomy memuntahkan laharnya dalam mulutku.
Aku tersedak, sebagian tertelan. Namun mas Tomy tetap memasukkan ******nya dalam mulutku. Dengan liar aku menjilat dan membersihkan sisa maninya di situ. Belum hilang kenikmatanku, suamiku semakin gencar menyodok pantatku, dan dengan hentakan yang keras ia menumpahkan maninya dalam pantatku. Aku terdampar di pantai kenikmatan yang tak pernah kucapai. Yang kutahu, setelah mencabut ******nya, aku mas Edy menyodorkan barangnya yang baru saja dikeluarkan dari duburku untuk kujilat. Aku gak lagi berpikir normal. Nafsu telah menguasai benakku sehingga tanpa merasa jijik aku langsung menjilat dan mengulum sisa-sisa lendir di batang kemaluan mas Edy.
Sementara itu, mbak Sally mulai pindah dari memekku, kini lidahnya bermain-main di lubang pantatku. Ia membersihkan seluruh cairan yang ada di sana, tanpa meninggalkan bekas. Lalu, dengan sisa-sisa nafsu yang ada ia mencium bibrku, dan dengan agak memaksa ia membuka mulutku dan bermain-main dengan lidahku. Kami terdiam, hanya saling menatap, namun yang jelas, bagiku, suatu petualangan seks telah kumulai. Bahkan dengan sekaligus tiga langkah. Analseks, berorgy dan bercinta dengan wanita. Aku menutup mata, malu, namun ada kepuasan yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata.

royalqq66.pkr69.com